PRIBAHASA DAN IDIOMATIK

Posted on 2:21 AM | By Unknown | In


  1. PENDAHULUAN
Penerjemahan merupakan penyalinan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Penyalinan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua, melalui struktur semantis. Maknalah yang harus dialihkan dan dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. Bahasa asal terjemahan itu disebut bahasa sumber, sedangkan bahasa hasil terjemahan itu disebut bahasa sasaran.
Menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber, menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, mengungkapkan kembali makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang sesuai dengan bahasa sasaran dan konteks budayanya. ( Mildred L. Larson, 1989: 3)
Ada sangkaan bahwa barang siapa yang tahu dua bahasa atau lebih, mampu menerjemahkan teks dengan baik. Anggapan itu belum tentu benar karena penerjemah yang mahir dan baik harus memenuhi syarat berikut:
           Mengenal seluk beluk penggunaan bahasa sumber dari segi kosa katanya, tata bahasanya dan gaya bahasanya.
           Menguasai bahasa sasaran sebagai bahasa keduarnya. Sekedar mengenal bahasa itu bukan jaminan.
           Memahami subyek atau pokok bahasan yang akan diterjemahkan. (Mildred L. Larson, 1989 : xiii)
Untuk menjawab persoalan tersebut, kemampuan seorang penerjemah dituntut terus meningkat agar dapat memberikan hasil terjemahan yang baik, karena baik tidaknya hasil suatu terjemahan sangat ditentukan oleh kemampuan penerjemahnya.
Untuk penerjemahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, tentunya diperlukan penguasaan bahasa Arab yang memadai dan mampu mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Namun penguasaan bahasa saja tidaklah cukup, karena penerjemahan tidak hanya melibatkan penerjemah pada dua bahasa, tetapi juga pada latar belakang sosial budaya kedua bahasa tersebut. Oleh karena itu penerjemah dituntut pula menguasai pengetahuan umum dan pengetahuan khusus mengenai materi teks yang diterjemahkan.
  1. PERMASALAHAN
1)      Apa yang dimaksud dengan Pribahasa?
2)      Apa yang dimaksud dengan Idiom?
3)       Apa saja macam-macam Idiom?
4)      Bagaimana Cara penerjemahan Idiom?
  1. PEMBAHASAN
1.      Pengertian Pribahasa
Peribahasa adalah kalimat, perkataan atau kelompok kata yang tetap susunannya dan mengiaskan suatu maksud tertentu.[1] Dalam  keterangan lain menyebutkan bahwa Peribahasa adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung pengertian tertentu.[2]
Peribahasa merupakan gambaran dari nilai-nilai kebudayaan, yang bisa kita temui kemiripan makna, meskipun dengan ungkapan yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor kebudayaan. Hal ini merupakan bukti dari teori relativitas bahasa, bahwa makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu.
. Berikut ini, adalah beberapa amtsâl (peribahasa Arab) yang memiliki kesamaan makna dengan peribahasa Indonesia:[3]
قبل الرماء تملأ الكنائن
(sebelum memanah, isi dulu tempat anak panah).
      Hal ini sama dengan ungkapan bahasa Indonesia yang berbunyi: "Sedia payung sebelum hujan". Meskipun terdapat perbedaan lafadz dan kata-kata dalam kedua peribahasa tersebut, namun, keduanya mengandung persamaan maksud, yaitu: "siapkan segala sesuatu sebelum beraktivitas". Orang Arab menggunakan kata tempat anak panah dan memanah, karena dipengaruhi oleh budaya mereka yang memiliki tradisi berperang pada zaman dahulu dengan menggunakan alat tersebut. Sedangkan dalam bahasa Indonesia digunakan kata hukan dan payung. Karena di Indonesia sering hujan.
إذا دخلت قرية فاحلف بإلاهها
(jika kamu memasuki suatu kampung, maka bersumpahlah atas nama Tuhannya)
Maksud dari amtsâl tersebut adalah Sebagian manusia lebih mengutamakan mencari muka pada orang lain dan menyetujui apa yang mereka perbuat meskipun mereka tidak yakin akan kebenarannya, karena mereka mengetahui bahwa menentang adat tersebut akan membinasakan dan menyusahkan diri mereka sendiri. Dengan kata lain, seseorang hendaknya menyetujui dan mengikuti (adat yang berlaku) selama ia belum mampu mengubah hal-hal yang tidak ia setujui.
Masal tersebut memiliki persamaan dengan peribahasa Indonesia yang memiliki kandungan makna yang sama, meskipun diucapkan dengan lafaz yang berbeda yaitu: Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Dan Hidup di kandung adat, mati di kandung tanah, yaitu segala sesuatu harus kita kerjakan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.
لكل صارم نبوة ولكل جواد كبوة ولكل عالم هفوة
(tiap pedang yang tajam bisa meleset, tiap kuda bisa tergelincir dan tiap yang berilmu bisa salah)
Masal ini mengandung makna bahwa sepintar-pintarnya seseorang ia pasti pernah melakukan kesalahan atau kekhilafan. Dalam bahasa Indonesia terdapat salah satu peribahasa yang memiliki persamaan makna dengan masal ini yaitu sepandai-pandai tupai melompat, jatuh juga". Dengan demikian masal tersebut dilontarkan pada seseorang yang mengalami keadaan seperti ini.
ترى الفتيان كالنخل وما يدريك ما الدخل
(Engkau melihat para pemuda seperti pohon kurma, dan apakah yang engkau ketahui di dalamnya?)
peribahasa ini diucapkan ketika kita tertipu oleh penglihatan dan pandangan yang menipu, karena di sekitar kita akan kita temukan pemandangan yang mengelabui dan hanya sebagai fatamorgana. Dan peribahasa Indonesia yang memiliki makna yang sama adalah: "Dalam laut boleh diduga, dalam hati siapa yang tahu"
إنه لأشبه به من التمرة بالتمرة
(Sesungguhnya ia benar-benar lebih menyerupainya dari pada buah kurma serupa dengan buah kurma)
Peribahasa ini menyerupakan dua hal atau benda yang sangat serupa atau mirip. Adapun dalam bahasa Indonesia kita mengenal sebuah peribahasa yang memiliki persamaan makna dengan masal tersebut yaitu "bagaikan pinang di belah dua"
غيري يأكل الدجاج وأنا أقح في السياج
maksud dari amtsâl tersebut adalah berusaha sekuat tenaga, namun orang lain yang menikmati hasilnya. Hal ini sesuai dengan peribahasa Indonesia, "Mengairi sawah orang lain".
بلغ الحزام الطبيين
Makna peribahasa tersebut adalah kesusahan seseorang yang sudah mencapai puncaknya. Peribahasa Indonesia "bagai makan kerawat atau tali".
التمرة والجمرة
Peribahasa tersebut berarti "Kurma dan bara api". Maksud dari peribahasa Arab tersebut adalah memilih menuntaskan persoalaan dengan cara perdamaian . Dan makna ini sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Habis beralur maka beralu-alu"
ثاطة مدت بماء
Arti peribahasa tersebut adalah Lumpur bacin dibantu air. Dan maknanya adalah kejahatan diberi jalan oleh kejahatan. Dan makna tersebut sesuai dengan makna peribahasa Indonesia yang berbunyi "Adakah Buaya menolak bangkai"
الجحش لما فاتك الأعيار
Artinya anak keledai saja kalau sudah kehilangan keledai. Maknanya sama dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Tak ada Rotan akarpun jadi"makna keduanya adalah mencari pengganti dari sesuatu yang tidak ada.
إن الحديد بالحديد يفلح
Artinya besi hanya dapat diputus dengan besi pula. Maknanya melawan orang harus sebanding kekuatannya. Maknya sama dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Anjing Galak, Babi berani"
من حفر حفرة وقع فيها
Maknanya adalah perbuatan jahat pasti akan mengenai dirinya sendiri. Dan makna terebut sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Senjata makan tuan"
الخروف يتقلب على الصوف
Maknanya adalah orang yang serba kecukupan, maknanya sesuai dengan peribahasa Indonesia yaitu "Tampuk Masih bergetah"
هل يرتجي مطر بغير سحاب
Maknanya adalah seseorang yang sangat sulit diharapkan bantuannya. Dan makna ini terdapat dalam peribahasa Indonesia yang berbunyi "Menengadah ke Langit hijau"
من الشوكة تخرج الوردة
Maknanya adalah kebahagiaan yang tidak akan mudah didapatkan karena harus melewati usaha-usaha sulit dan menyusahkan. Sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Bersakit-sakit dahulu, berenang-renang kemudian"
2.      Pengertian Idiom
Dalam bahasa Arab idiom bisa digunakan dengan تعبيرا صطلاحي (Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1996:) atau عبارة اصطلاحية
Yaitu: عبارة ذات معنى لا يمكن أن يستمد من مجرد فهم معاني كلماتها منقصلة (Munir Ba'albaki. 2002: )
“Idiom adalah ungkapan yang mempunyai makna yang mana tidak mungkin difahami secara kata-perkata saja”.
Ada beberapa pendapat mengenai penjelasan idiom, diantaranya:
a.       Menurut Munir Ba’albaki, Idiom adalah ungkapan yang mempunyai makna yang mana tidak mungkin difahami secara kata-perkata saja.
b.      Beekmaan dan Callow (1974) menjelaskan idiom yaitu ungkapan untuk dua kata atau lebih yang tidak dapat dimengerti secara harfiah dan secara semantis berfungsi sebagai satu kesatuan.
c.       Longman, Idiom adalah kumpulan kata-kata yang memiliki makna khusus yang berbeda dengan makna tiap-tiap kata dalam pengertian kata itu sendiri.
d.      Muhammad Ismail Shiniy,Idiom adalah ungkapan atau kumpulan kata yang tidak bisa kita fahami maknanya secara harfiah setiap katanya.
e.       Sbrony Rachmadie, Idiom adalah suatu ungkapan yang tidak bisa difahami dengan makna harfiyah kata-kata yang menyusunnya. Dalam hal ini idiom bisa dilihat dari makna konteks.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa, (1). Idiom bisa terdiri dua kata atau lebih yang menjadi satu kesatuan ataupun bisa berupa ungkapan, (2). Idiom tidak bisa diterjemahkan dan difahami secara harfiyah karena kata-kata tersebut mempunyai makna berbeda dari kata-kata yang menjadi bagiannya, (3). Idiom harus difahami dan diterjemahkan dengan melihat konteks dan melihat padanannya dalam bahasa sasaran.
3.      Macam-macam Idiom
Macam-macam idiom berdasarkan konstruksi yang membentuknya menurut Kridalaksana dalam Imamuddin (2001) bisa berupa:[4]
1)      Gabungan kata dengan preposisi
Konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain. Pengertian ini mengacu pada gabungan kata dengan preposisi seperti kata: أَخَذَ  yang bermakna mengambil, ketika kata ini bergabung dengan preposisi بـ  yang bermakna dengan dan menjadi أَخَذَبـِ bukan bermakna “mengambil dengan” tetapi bermakna “melakukan”. Di sini harus dilihat bahwa tidak bisa langsung diterjemahkan satu persatu kemudian makna kata tersebut digabungkan, tetapi gabungan kata dengan preposisi tersebut menjadi satu kesatuan yang bermakna lain dari makna kata jika berdiri sendiri, karena ketika digabungkan akan mempunyai makna yang baru.
2)      Gabungan kata dengan kata
Kontruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. Pengertian ini mengacu pada gabungan kata dengan kata lain seperti kata ثَقِيْلٌ yang bermakna “berat” ketika bergabung dengan الدم yang bermakna “darah” lalu menjadi ثَقِيْلُ الدَّم, bukan berarti bermakna “berat darahnya” tetapi bermakna “tidak disukai orangnya”.

3)      Peribahasa
Ungkapan yang bisa diterjemahkan dengan penerjemahan para frase atau pengungkapan bebas mutlak dapat juga digunakan ungkapan bahasa sasaran yang selaras. (Midred L Larson, 1989: 121) Seperti menterjemahkan peribahasa (tamsil) metafora, bahasa adat atau yang lainnya. Dengan demikian penerjemahan peribahasa atau ungkapan tak perlu diterjemahkan secara harfiah, karena mungkin ungkapan tersebut tidak lazim pada bahasa sasaran, tetapi bisa dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran atau cukup maksudnya saja. Misalnya:
العَيْن بَصِيرَة واليَد قَصِيرَة
 terjemahan harfiah: “Mata melihat sedangkan tangan pendek”. Dapat disepadankan dengan “maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai. Penerjemahan ungkapan ini harus juga diselaraskan dengan ungkapan yang lazim digunakan dalam bahasa sasaran. Contoh lain:
لاَتُصَعِّر خَدّكَ لِلنَّاس
  terjemahan harfiah: “Janganlah kamu palingkan pipimu dari manusia”. Ungkapan “memalingkan pipi” dalam bahasa Indonesia tidak lazim, maka ungkapan yang biasa dipakai adalah “memalingkan muka”.
4)      Penerjemahan Idiom
Penerjemahan idiomatik merupakan salah satu tipe atau metode penerjemahan yang memproduksi pesan dari bahasa sumber, tetapi penerjemahan ini cenderung mengubah nuansa makna melalui ungkapan sehari-hari dan ungkapan idiomatik yang tidak terdapat dalam bahasa sumber. Dalam hal ini ada beberapa metode untuk menterjemahkan idiomatik, diantaranya yaitu:

1)       Penerjemahan kata demi kata (Word For Word Translation)
Penerjemahan jenis ini dianggap paling dekat dengan bahasa sumber dan sifat interliner yakni kata-kata bahasa sasaran langsung diletakkan di bawah versi bahasa sumber. Urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan menurut makna dasarnya diluar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan atau dipindahkan apa adanya. Terjemahan kata demi kata berguna untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.
Contoh: ذَهَبَ مُحَمَّدٌ إِلَى الْمَدْرَسَةِ أَمْسِ
Apabila kalimat tersebut diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa Indonesia, maka hasilnya adalah Telah pergi Muhammad ke sekolah kemarin. Terjemahan ini terkesan kaku dan tidak sesuai dengan sistem kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
2)       Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Dalam penerjemahan ini struktur gramatikal bahasa sumber dicarikan padanannya yang terdekat dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata atau penerjemahan leksikalnya diterjemahkan di luar konteks. Dalam proses penerjemahan awal, jenis penerjemahan ini dapat membantu melihat masalah yang perlu diatasi.
Contoh: وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً إِِلَى عُنُقِكَ
Janganlah biarkan tanganmu terbelenggu pada lehermu. Membuat tangan terbelenggu pada leher berarti "kikir"
3)       Penerjemahan setia (Faithful Translation)
Metode ini sedikit lebih bebas disbanding penerjemahan harfiah, karena penerjemahan ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber, karena ada upaya untuk benar-benar setia pada maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga masih terkesan kaku.
Contoh: هُوَ كَثِيْرُ الرَّمَادِ
Jika diterjemahkan dengan penerjemahan setia, maka hasil terjemahannya adalah Ia adalah seorang yang dermawan karena banyak abunya. Dari terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap setia pada bahasa sumber, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi makna kontekstual. Kesetiaan tersebut tampak pada adanya upaya untuk tetap mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks aslinya.
4)       Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantik lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif dalam batas kewajiban. Selain itu penerjemahan setia sifatnya masih terikat dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantik lebih luwes dan fleksibel.
Contoh: هُوَ كّثِيْرُ الرَّمَادِ
Apabila diterjemahkan secara semantik maka hasil terjemahannya adalah: Dia seorang yang dermawan.
  1. SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Ø  Peribahasa adalah kalimat, perkataan atau kelompok kata yang tetap susunannya dan mengiaskan suatu maksud tertentu.[5] Dalam  keterangan lain menyebutkan bahwa Peribahasa adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung pengertian tertentu
Ø  Dalam bahasa Arab idiom bisa digunakan dengan تعبيرا صطلاحي (Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1996:) atau عبارة اصطلاحية
Yaitu: عبارة ذات معنى لا يمكن أن يستمد من مجرد فهم معاني كلماتها منقصلة.
Ø  Macam-macam idiom berdasarkan konstruksi yang membentuknya:
1.      Gabungan kata dengan preposisi
2.      Gabungan kata dengan kata
3.      Peribahasa



DAFTAR PUSTAKA
http://fatwa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://id.wikipedia.org/wiki/Peribahasa
http://fatwa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://tangisanmalam-frieda.blogspot.com/2011/05/kata-kata-tabu-n-idiom.html


[1] http://fatwa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Peribahasa
[3] http://fatwa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
[4] http://tangisanmalam-frieda.blogspot.com/2011/05/kata-kata-tabu-n-idiom.html
[5] http://fatwa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Comments (0)

Post a Comment