EVALUASI DAN PENDEKATAN TEST BAHASA
Posted on 1:54 AM | By Unknown | In
A.
PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan bagian dari kegiatan kehidupan
manusia sehari-hari. Disadari atau tidak, orang sering melakukan evaluasi, baik
terhadap dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungannya. Demikian pula halnya
dalam dunia pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan khususnya tujuan
pembelajaran tersebut maka perlu adanya evaluasi.[1]
Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dapat
dilihat dari sejauh mana penguasaan kompetensi yang telah dikuasai oleh seluruh
siswa di kelas itu. Pada dasarnya hasil belajar siswa dapat dinyatakan dalam
tiga aspek, yang biasa disebut dengan domain atau ranah, yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotorik.[2]
Dalam proses pengajaran, tes merupakan
alat yang digunakan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya suatu standar kompetensi
yang telah dipelajari oleh siswa di setiap pembelajaran.
Hal tersebut senada dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa tes merupakan alat
atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes bahasa dan pengajaran bahasa merupakan dua kegiatan yang
berhubungan secara erat. Yang pertama merupakan bagian dari yang kedua. Tes
bahasa dirancang dan dilaksanakan untuk memperoleh informasi mengenai hal ihwal
yang berkaitan dengan keefektifan pengajaran bahasa yang dilakukan.
B.
PERMASALAHAN
Dari uraian di atas,
pembahasan makalah ini difokuskan pada :
1.
Apa
pengertian dan tujuan evaluasi ?
2.
Apasajakah
macam-macam pendekatan tes bahasa ?
3.
Bagaimana
sejarah perkembangan pendekatan tes bahasa ?
C.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
dan Tujuan Evaluasi
Menurut
Roestiyah N.K. dalam bukunya Masalah-Masalah Ilmu Keguruan menyebutkan
pengertian evaluasi adalah sebagai berikut :
·
Evaluasi
adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan
suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan.
·
Evaluasi
adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang
bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab-akibat dan hasil
belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.[3]
Tujuan Evaluasi yaitu sebagai berikut :
a.
Untuk
mengetahui apakah siswa telah menguasai keterampilan atau pengetahuan dasar
tertentu.
b.
Untuk
mengetahui kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan siswa dalam proses
belajar.
c.
Untuk
merangsang peserta didik dalam menempuh proses pembelajaran.
d.
Untuk
mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran.[4]
Melihat
pengertian dan tujuan dari diadakannya evaluasi yang telah dipaparkan di atas,
maka evaluasi sudah tidak dapat terelakkan lagi dari pendidikan secara umumnya
dan proses pembelajaran secara khususnya. Dengan adanya evaluasi proses
pembelajaran akan berlangsung dengan lebih baik dan tujuan yang hendak dicapai
dalam proses pembelajaran tersebut lebih mudah untuk tercapai.
2.
Macam-Macam
Pendekatan Tes Bahasa
a)
Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional
adalah istilah yang dipergunakan untuk mengacu pada penyelenggaraan (baca:
perencanaan dan pelaksanaan) tes bahasa yang cenderung mengadopsi prinsip bahwa
tes bahasa dititikberatkan pada tes tatabahasa dan terjemahan.
Latar belakangnya adalah adanya pengaruh mainstream pengajaran
bahasa yang dikenal dengan sebutan metode tatabahasa-terjemahan (grammar
translation method).
Metode ini, seperti
yang dikemukakan oleh Richards dan Rogers
(1988:3-4), memiliki prinsip-prinsip pengajaran antara lain: (a) mempelajari
bahasa asing adalah mempelajari bahasa dengan tujuan agar dapat
membaca kesusasteraannya; (b) membaca dan menulis adalah fokus utama
pengajaran, © ketepatan dalam penerjemahan sangat ditekankan, dan (d)
tatabahasa harus diajarkan secara deduktif, yakni beranjak dari kaidah-kaidah
lalu menuju pada contoh-contoh ilustrasinya.[5]
Berdasarkan
prinsip-prinsip tersebut, maka pendekatan tes bahasa yang berkembang pada
saat itu mengisyaratkan pemakaian karya sastra. Karya sastra dalam hal
ini dianggap merupakan pemakaian bahasa yang ideal dari penuturnya
sehingga evaluasi terhadap penguasaan bahasa seseorang dengan menggunakan
tes bahasa dilakukan dengan menggunakan teks karya sastra. Kemudian bentuk tes
bahasa yang dikembangkan adalah penerjemahan dan atau penulisan esai.
Dalam perkembangannya, tes bahasa dengan prinsip-prinsip, model, dan karakter
seperti ini disebut pendekatan esai dan terjemahan.
b)
Pendekatan Diskret
Dalam pendekatan ini,
istilah diskret oleh Savignon (1983) digunakan untuk
menggambarkan dua aspek yang berbeda dalam tes bahasa, yakni (1) isi atau
tugas, dan (2) model jawaban dan penyekoran jawaban.
Dari segi isi atau
tugas, tes dengan pendekatan ini menyangkut satu aspek kebahasaan saja pada
satu kesempatan pengetesan, misalnya aspek fonologi, morfologi, sintaksis, atau
kosa-kata saja. Tiap satu butir soal hanya dimaksudkan untuk mengukur satu
aspek kebahasaan saja. Dari segi model jawaban, tes dengan
pendekatan ini berupa penjodohan (matching), benar-salah (true-flase),
pilihan ganda (multiple choiche), atau mengisi kotak kosong yang
disediakan dengan jawaban yang sudah tersedia pada kolom lain. Dari segi
penyekoran jawaban, model jawaban yang seperti itu sangat memudahkan guru atau
korektor dalam memberikan penilaian. Penyekoran berdasarkan model jawaban
seperti itu memiliki reliabilitas yang sangat tinggi. Dengan bantuan komputer
misalnya, penyekoran jawaban hampir 100% tidak diragukan lagi keakuratannya.
Pendekatan diskret ini
secara jelas mengadopsi prinsip-prinsip umum dalam strukturalisme,
behaviorisme, dan audiolingualisme. Dari strukturalisme, prinsip yang diambil
adalah (1) bahasa itu tuturan lisan dan bukan tulisan, dan (2)
bahasa itu merupakan suatu sistem. Pertama, prinsip bahwa bahasa itu
tuturan lisan telah menyadarkan para ahli tes bahasa bahwa tuturan
lisan adalah bahasa yang pertama dan utama dari manusia. Karya sastra yang
selama ini diagung-agungkan sebagai satu-satunya sumber pengetesan bahasa
akhirnya disadari hanyalah rekonstruksi dari pemakaian bahasa yang
sesungguhnya. Keyakinan baru akan prinsip ini kemudian membongkar kebiasaan
lama pengetesan bahasa yang melulu hanya menggunakan karya sastra semata.
Kedua, prinsip bahwa bahasa itu merupakan sistem menunjukkan bahwa
bahasa dipandang memiliki sub-sub unit yang saling berhubungan membentuk
suatu struktur, mulai dari tingkat bunyi, kata, dan kalimat.
Bentuk
tes diskret kebahasaan yang dapat dikembangkan :
o Pertama
adalah tes bunyi bahasa. Tes bunyi bahasa dapat berupa: mengenal bunyi bahasa,
membedakan bunyi bahasa, melafalkan bunyi bahasa, melafalkan kata-kata,
melafalkan pasangan kata, melafalkan rangkaian kalimat, dan membaca teks.
o Kedua
adalah tes kosa kata. Tes ini bertujuan untuk mengungkapkan penguasaan kosa
kata testi, baik secara pasif reseptif maupun aktif produktif. Tes ini
meliputi: menunjukkan benda berdasarkan kata yang disebutkan, memperagakan
berdasarkan kata yang disebutkan, memberikan padanan kata, memberikan sinonim
kata, memberikan lawan kata, dan melengkapi kalimat.
o Ketiga
adalah tes tatabahasa. Tes ini meliputi pembentukan kata, pembentukan frasa,
dan pembentukan kalimat. Variasi bentuk tes ini antara lain (a) pada
pembentukan kata: menunjukkan asal kata, membentuk kata turunan, menyesuaikan
bentuk kata; (b) pada pembentukan frasa: menyusun kata-kata, melengkapi kata
menjadi frasa, membentuk frasa, menjelaskan makna frasa; (c) pembentukan
kalimat: mengenal kalimat, membentuk kalimat, menyusun kalimat, dan mengubah
kalimat.
c)Pendekatan Integratif
Menurut Carroll (1961)
disebut pendekatan integratif. Jika dalam pendekatan diskret, aspek-aspek
kebahasaan dan kemampuan berbahasa itu diperlakukan secara terpisah, maka dalam
pendekatan integratif aspek-aspek bahasa dan kemampuan berbahasa itu dicakup
secara bersamaan.
Menurut Oller (1979)
jika dalam tes diskret hanya diujikan satu aspek kebahasaan saja pada satu
waktu, maka dalam tes integratif berusaha diukur beberapa aspek kebahasaan
secara bersamaan. Prinsip ini sesuai dengan pandangan psikologi
Gestalt yang intinya “bahwa tingkah laku itu dipelajari sebagai kesatuan yang
tidak terpisahkan atau “gestalts”[6]
Berdasarkan pandangan
ini, maka tes integratif tidak secara khusus mengeteskan salah satu aspek
kebahasaan seperti fonologi, morfologi, sintaksis, atau kosa kata, atau salah
satu dari kemampuan berbahasa seperti membaca, menulis, berbicara, atau
menyimak, melainkan sebuah tes dalam satu waktu meliputi beberapa aspek
kebahasaan dan kemampuan berbahasa sekaligus.
Mengubah bentuk suatu kalimat menjadi bentuk kalimat
yang lain, misalnya, tidak saja menuntut kemampuan testi tentang pengetahuan
struktur kalimat, melainkan juga memerlukan penguasaan perubahan bentuk kata,
dan bahkan makna kata yang merupakan bagian dari penguasaan kosa kata.
d)
Pendekatan Pragmatik
Pendekatan pragmatic
pada awalnya digunakan dalam kaitannya dengan teori tentang kemampuan memahami
berdasarkan kemampuan tata bahasa pragmatik (pragmatic expectancy
grammar). Kemampuan itu merupakan
kemampuan untuk memahami teks atau wacana, tidak hanya dalam konteks linguistic
melainkan juga dengan memanfaatkan kemampuan pemahaman unsur-unsur ekstra
linguistic (seluk beluk bidang yang dibahas dalam teks bacaan.
e)Pendekatan Komunikatif
Tes bahasa
komunikatif adalah tes yang melibatkan
konsep kompetensi komunikatif. Kompetensi komunikatif adalah suatu kompetensi
yang melihat kemampuan pelajar tidak hanya kemampuan membentuk kalimat yang
benar tetapi juga menggunakannya secara tepat.[7]
Tes bahasa secara
komunikatif bertujuan untuk mengukur bagaimana orang yang diuji mampu
menggunakan bahasa di dalam situasi kehidupan nyata.
3.
Sejarah
Perkembangan Tes Bahasa
Sampai saat ini telah ada
beberapa ahli tes bahasa yang secara khusus membahas perkembangan
pendekatan tes bahasa. Beberapa ahli tes bahasa itu adalah Spolsky
(1978;1981), Oller (1979), Hinofotis (1981), Masden (1983), Weir (1990),
dan Brown (1996). Mereka telah berupaya menyajikan suatu sejarah
perkembangan pendekatan tes bahasa mulai dari masa pelahiran sampai dengan masa
perkembangan mutakhirnya.[8]
Istilah periodisasi dihindari
mengingat bahwa pelahiran pendekatan dalam tes bahasa sering terjadi secara
simultan, tidak selalu kronologis, serta kecenderungan pemakaian satu
pendekatan dengan pendekatan yang lain kerap kali terjadi dalam kurun waktu
bersamaan di beberapa tempat yang berbeda di dunia ini.
Perkembangan pendekatan tes
bahasa dimulai dengan pola pikir pra-ilmiah. Tes bahasa dalam periode ini hanya
mendasarkan diri pada intuisi, kesan dan subjektivitas guru, dan tidak
mendasarkan diri pada bidang keilmuan lain seperti psikologi dan
linguistik. Pada perkembangan awal ini, tes bahasa yang dilakukan disebut
dengan Pendekatan Tradisional.
Pada perkembangan berikutnya,
pendekatan tes bahasa mulai mendasarkan diri pada bidang-bidang keilmuan
terkait seperti strukturalisme dalam linguistik, audiolingualisme dalam
pengajaran bahasa, behaviorisme atau kognitivisme, serta
psikometrik, dalam bidang psikologi. Perkembangan pemikiran dalam
bidang linguistik dan psikologi ini di satu pihak, dan perkembangan
pemikiran dalam model pengajaran bahasa di pihak lain, telah mendorong
lahirnya Pendekatan Diskret dan Pendekatan Integratif dalam tes
bahasa. Guru-guru bahasa di kelas mulai merancang tes, menyusun bentuk-bentuk
tes, menyelenggarakan tes, dan mengukur hasil tes dengan menggunakan
prinsip-prinsip baru yang ditemukan dan dikembangkan dalam linguistik,
psikologi, dan pengajaran bahasa.
Yang terakhir, seiring dengan
berkembangnya pemikiran dalam bidang psikolinguistik dan sosiolinguistik, serta
pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa. Tes bahasa yang
berkembang adalah tes bahasa dengan Pendekatan pragmatik dan Pendekatan
komunikatif yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari pendekatan
integratif. Dua pendekatan ini, untuk saat ini, dianggap sebagai pendekatan
mutakhir dalam penyelenggaraan tes bahasa.
D.
SIMPULAN
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan sebagai berikut :
§ Evaluasi merupakan satu hal yang penting untuk
dilaksanakan dalam proses pembelajaran, agar tujuan yang hendak dicapai dapat
berjalan dengan baik.
§ Macam-macam pendekatan tes bahasa
-Pendekatan Tradisional
-Pendekatan Diskret
-Pendekatan Integratif
-Pendekatan Pragmatik
-Pendekatan Komunikatif
Sejarah perkembangan tes bahasa terjadi tidak
secara kronologis maupun periodic, karena munculnya pendekatan tes bahasa yang
baru terkadang muncul secara bersamaan
[1] Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara : Jakarta. hal.4.
[2] Acep Hermawan. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.
PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Hal.276.
[3] Op.cit. Hal.6.
[4] Anas Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja
Grafindo Persada : Jakarta.
Hal.16.
[5] http://perseba.blogspot.com/2009/11/pendekatan-tes-bahasa.html
diambil pada tanggal 01 April 2012.
[6] http://www.acam-macam_pendekatan_bahasa.com.
diambil pada tanggal 01 April 2012.
[7] Acep Hermawan. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.
PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.
Hal.286..
[8] http://sejarah_tesbahasa.com.
diambil pada tanggal 01 April 2012.
Comments (0)
Post a Comment