- PENDAHULUAN
Penerjemahan merupakan penyalinan makna dari bahasa
sumber ke dalam bahasa sasaran. Penyalinan ini dilakukan dari bentuk bahasa
pertama ke dalam bentuk bahasa kedua, melalui struktur semantis. Maknalah yang
harus dialihkan dan dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. Bahasa asal
terjemahan itu disebut bahasa sumber, sedangkan bahasa hasil terjemahan itu
disebut bahasa sasaran.
Menerjemahkan berarti mempelajari leksikon, struktur
gramatikal, situasi komunikasi dan konteks budaya dari teks bahasa sumber,
menganalisis teks bahasa sumber untuk menemukan maknanya, mengungkapkan kembali
makna yang sama itu dengan menggunakan leksikon dan struktur gramatikal yang
sesuai dengan bahasa sasaran dan konteks budayanya. ( Mildred L. Larson, 1989:
3)
Ada sangkaan bahwa barang siapa yang tahu dua bahasa
atau lebih, mampu menerjemahkan teks dengan baik. Anggapan itu belum tentu
benar karena penerjemah yang mahir dan baik harus memenuhi syarat berikut:
• Mengenal seluk beluk
penggunaan bahasa sumber dari segi kosa katanya, tata bahasanya dan gaya
bahasanya.
• Menguasai bahasa sasaran
sebagai bahasa keduarnya. Sekedar mengenal bahasa itu bukan jaminan.
• Memahami subyek atau
pokok bahasan yang akan diterjemahkan. (Mildred L. Larson, 1989 : xiii)
Untuk menjawab persoalan tersebut, kemampuan seorang penerjemah dituntut
terus meningkat agar dapat memberikan hasil terjemahan yang baik, karena baik
tidaknya hasil suatu terjemahan sangat ditentukan oleh kemampuan penerjemahnya.
Untuk penerjemahan dari bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia, tentunya diperlukan penguasaan bahasa Arab yang memadai dan mampu
mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Namun penguasaan bahasa saja tidaklah
cukup, karena penerjemahan tidak hanya melibatkan penerjemah pada dua bahasa,
tetapi juga pada latar belakang sosial budaya kedua bahasa tersebut. Oleh
karena itu penerjemah dituntut pula menguasai pengetahuan umum dan pengetahuan
khusus mengenai materi teks yang diterjemahkan.
- PERMASALAHAN
1) Apa yang
dimaksud dengan Pribahasa?
2) Apa yang
dimaksud dengan Idiom?
3) Apa saja macam-macam Idiom?
4) Bagaimana Cara
penerjemahan Idiom?
- PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pribahasa
Peribahasa adalah kalimat, perkataan
atau kelompok kata yang tetap susunannya dan mengiaskan suatu maksud tertentu. Dalam keterangan lain
menyebutkan bahwa Peribahasa
adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung
pengertian tertentu.
Peribahasa
merupakan gambaran dari nilai-nilai kebudayaan, yang bisa kita temui kemiripan
makna, meskipun dengan ungkapan yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan
oleh faktor kebudayaan. Hal ini merupakan bukti dari teori relativitas bahasa,
bahwa makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis pemakai
bahasa tertentu.
. Berikut ini, adalah beberapa amtsâl (peribahasa Arab) yang
memiliki kesamaan makna dengan peribahasa Indonesia:
قبل الرماء تملأ الكنائن
(sebelum memanah, isi dulu tempat anak panah).
Hal ini sama dengan ungkapan bahasa Indonesia yang
berbunyi: "Sedia payung sebelum hujan". Meskipun terdapat
perbedaan lafadz dan kata-kata dalam kedua peribahasa tersebut, namun, keduanya
mengandung persamaan maksud, yaitu: "siapkan segala sesuatu sebelum
beraktivitas". Orang Arab menggunakan kata tempat anak panah dan memanah,
karena dipengaruhi oleh budaya mereka yang memiliki tradisi berperang pada
zaman dahulu dengan menggunakan alat tersebut. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
digunakan kata hukan dan payung. Karena di Indonesia sering hujan.
إذا دخلت قرية فاحلف بإلاهها
(jika kamu memasuki suatu kampung, maka bersumpahlah
atas nama Tuhannya)
Maksud dari amtsâl tersebut adalah Sebagian
manusia lebih mengutamakan mencari muka pada orang lain dan menyetujui
apa yang mereka perbuat meskipun mereka tidak yakin akan kebenarannya,
karena mereka mengetahui bahwa menentang adat tersebut akan membinasakan dan
menyusahkan diri mereka sendiri. Dengan kata lain, seseorang hendaknya
menyetujui dan mengikuti (adat yang berlaku) selama ia belum mampu mengubah
hal-hal yang tidak ia setujui.
Masal tersebut
memiliki persamaan dengan peribahasa Indonesia yang memiliki kandungan makna
yang sama, meskipun diucapkan dengan lafaz yang berbeda yaitu: Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Dan Hidup di kandung adat, mati di
kandung tanah, yaitu segala sesuatu harus kita kerjakan sesuai dengan adat istiadat
yang berlaku.
لكل صارم نبوة ولكل
جواد كبوة ولكل عالم هفوة
(tiap pedang yang tajam bisa
meleset, tiap kuda bisa tergelincir dan tiap yang berilmu bisa salah)
Masal ini
mengandung makna bahwa sepintar-pintarnya seseorang ia pasti pernah
melakukan kesalahan atau kekhilafan. Dalam bahasa Indonesia terdapat salah satu
peribahasa yang memiliki persamaan makna dengan masal ini yaitu sepandai-pandai
tupai melompat, jatuh juga". Dengan demikian masal tersebut
dilontarkan pada seseorang yang mengalami keadaan seperti
ini.
ترى الفتيان كالنخل وما يدريك
ما الدخل
(Engkau melihat para pemuda seperti pohon kurma, dan apakah yang engkau
ketahui di dalamnya?)
peribahasa ini diucapkan
ketika kita tertipu oleh penglihatan dan
pandangan yang menipu, karena di sekitar kita akan kita temukan pemandangan
yang mengelabui dan hanya sebagai fatamorgana. Dan
peribahasa Indonesia yang memiliki makna yang sama adalah: "Dalam laut
boleh diduga, dalam hati siapa yang tahu"
إنه لأشبه به من التمرة بالتمرة
(Sesungguhnya ia benar-benar lebih menyerupainya dari pada buah kurma
serupa dengan buah kurma)
Peribahasa
ini menyerupakan dua hal atau benda yang sangat serupa atau mirip. Adapun dalam
bahasa Indonesia kita mengenal sebuah peribahasa yang memiliki persamaan makna
dengan masal tersebut yaitu "bagaikan pinang di belah dua"
غيري يأكل الدجاج وأنا أقح في السياج
maksud
dari amtsâl tersebut adalah berusaha sekuat tenaga, namun orang lain yang
menikmati hasilnya. Hal ini sesuai dengan peribahasa Indonesia, "Mengairi
sawah orang lain".
بلغ
الحزام الطبيين
Makna
peribahasa tersebut adalah kesusahan seseorang yang sudah mencapai puncaknya.
Peribahasa Indonesia "bagai makan kerawat atau tali".
التمرة
والجمرة
Peribahasa
tersebut berarti "Kurma dan bara api". Maksud dari peribahasa Arab
tersebut adalah memilih menuntaskan persoalaan dengan cara perdamaian . Dan
makna ini sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Habis beralur
maka beralu-alu"
ثاطة
مدت بماء
Arti
peribahasa tersebut adalah Lumpur bacin dibantu air. Dan maknanya adalah
kejahatan diberi jalan oleh kejahatan. Dan makna tersebut sesuai dengan makna
peribahasa Indonesia yang berbunyi "Adakah Buaya menolak bangkai"
الجحش
لما فاتك الأعيار
Artinya
anak keledai saja kalau sudah kehilangan keledai. Maknanya sama dengan
peribahasa Indonesia yang berbunyi "Tak ada Rotan akarpun jadi"makna
keduanya adalah mencari pengganti dari sesuatu yang tidak ada.
إن
الحديد بالحديد يفلح
Artinya
besi hanya dapat diputus dengan besi pula. Maknanya melawan orang harus
sebanding kekuatannya. Maknya sama dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi
"Anjing Galak, Babi berani"
من حفر
حفرة وقع فيها
Maknanya
adalah perbuatan jahat pasti akan mengenai dirinya sendiri. Dan makna terebut
sesuai dengan peribahasa Indonesia yang berbunyi "Senjata makan tuan"
الخروف
يتقلب على الصوف
Maknanya
adalah orang yang serba kecukupan, maknanya sesuai dengan peribahasa Indonesia
yaitu "Tampuk Masih bergetah"
هل
يرتجي مطر بغير سحاب
Maknanya
adalah seseorang yang sangat sulit diharapkan bantuannya. Dan makna ini
terdapat dalam peribahasa Indonesia yang berbunyi "Menengadah ke Langit
hijau"
من
الشوكة تخرج الوردة
Maknanya
adalah kebahagiaan yang tidak akan mudah didapatkan karena harus melewati
usaha-usaha sulit dan menyusahkan. Sesuai dengan peribahasa Indonesia yang
berbunyi "Bersakit-sakit dahulu, berenang-renang kemudian"
2. Pengertian
Idiom
Dalam
bahasa Arab idiom bisa digunakan dengan تعبيرا
صطلاحي (Atabik
Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1996:) atau عبارة
اصطلاحية
Yaitu: عبارة ذات معنى لا يمكن أن يستمد من مجرد فهم معاني كلماتها
منقصلة
(Munir
Ba'albaki. 2002: )
“Idiom adalah ungkapan
yang mempunyai makna yang mana tidak mungkin difahami secara kata-perkata
saja”.
Ada
beberapa pendapat mengenai penjelasan idiom, diantaranya:
a.
Menurut Munir Ba’albaki,
Idiom adalah ungkapan yang mempunyai makna yang mana tidak mungkin difahami
secara kata-perkata saja.
b.
Beekmaan dan Callow (1974)
menjelaskan idiom yaitu ungkapan untuk dua kata atau lebih yang tidak dapat
dimengerti secara harfiah dan secara semantis berfungsi sebagai satu kesatuan.
c.
Longman, Idiom adalah
kumpulan kata-kata yang memiliki makna khusus yang berbeda dengan makna
tiap-tiap kata dalam pengertian kata itu sendiri.
d.
Muhammad Ismail
Shiniy,Idiom adalah ungkapan atau kumpulan kata yang tidak bisa kita fahami
maknanya secara harfiah setiap katanya.
e.
Sbrony Rachmadie, Idiom
adalah suatu ungkapan yang tidak bisa difahami dengan makna harfiyah kata-kata
yang menyusunnya. Dalam hal ini idiom bisa dilihat dari makna konteks.
Dari
beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa, (1). Idiom bisa terdiri
dua kata atau lebih yang menjadi satu kesatuan ataupun bisa berupa ungkapan,
(2). Idiom tidak bisa diterjemahkan dan difahami secara harfiyah karena
kata-kata tersebut mempunyai makna berbeda dari kata-kata yang menjadi
bagiannya, (3). Idiom harus difahami dan diterjemahkan dengan melihat konteks
dan melihat padanannya dalam bahasa sasaran.
3. Macam-macam
Idiom
Macam-macam idiom berdasarkan konstruksi
yang membentuknya menurut Kridalaksana dalam Imamuddin (2001) bisa berupa:
1)
Gabungan kata dengan
preposisi
Konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih
masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain.
Pengertian ini mengacu pada gabungan kata dengan preposisi seperti kata: أَخَذَ yang bermakna mengambil, ketika kata ini bergabung dengan
preposisi بـ yang bermakna dengan dan menjadi أَخَذَبـِ bukan bermakna “mengambil
dengan” tetapi bermakna “melakukan”. Di sini harus dilihat bahwa
tidak bisa langsung diterjemahkan satu persatu kemudian makna kata tersebut
digabungkan, tetapi gabungan kata dengan preposisi tersebut menjadi satu
kesatuan yang bermakna lain dari makna kata jika berdiri sendiri, karena ketika
digabungkan akan mempunyai makna yang baru.
2)
Gabungan kata dengan
kata
Kontruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan
makna anggota-anggotanya. Pengertian ini mengacu pada gabungan kata dengan kata
lain seperti kata ثَقِيْلٌ yang
bermakna “berat” ketika bergabung dengan الدم yang bermakna “darah” lalu menjadi ثَقِيْلُ الدَّم, bukan berarti bermakna “berat darahnya” tetapi bermakna
“tidak disukai orangnya”.
3)
Peribahasa
Ungkapan yang bisa diterjemahkan dengan penerjemahan
para frase atau pengungkapan bebas mutlak dapat juga digunakan ungkapan bahasa
sasaran yang selaras. (Midred L Larson, 1989: 121) Seperti menterjemahkan
peribahasa (tamsil) metafora, bahasa adat atau yang lainnya. Dengan demikian
penerjemahan peribahasa atau ungkapan tak perlu diterjemahkan secara harfiah,
karena mungkin ungkapan tersebut tidak lazim pada bahasa sasaran, tetapi bisa
dicarikan padanannya dalam bahasa sasaran atau cukup maksudnya saja. Misalnya:
العَيْن
بَصِيرَة واليَد قَصِيرَة
terjemahan
harfiah: “Mata melihat sedangkan tangan pendek”. Dapat disepadankan
dengan “maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai.
” Penerjemahan ungkapan ini harus juga diselaraskan dengan ungkapan yang
lazim digunakan dalam bahasa sasaran. Contoh lain:
لاَتُصَعِّر
خَدّكَ لِلنَّاس
terjemahan harfiah: “Janganlah kamu
palingkan pipimu dari manusia”. Ungkapan “memalingkan pipi”
dalam bahasa Indonesia tidak lazim, maka ungkapan yang biasa dipakai adalah “memalingkan
muka”.
4) Penerjemahan
Idiom
Penerjemahan
idiomatik merupakan salah satu tipe atau metode penerjemahan yang memproduksi
pesan dari bahasa sumber, tetapi penerjemahan ini cenderung mengubah nuansa
makna melalui ungkapan sehari-hari dan ungkapan idiomatik yang tidak terdapat
dalam bahasa sumber. Dalam hal ini ada beberapa metode untuk
menterjemahkan idiomatik, diantaranya yaitu:
1)
Penerjemahan kata demi kata (Word For Word
Translation)
Penerjemahan jenis ini dianggap paling dekat dengan
bahasa sumber dan sifat interliner yakni kata-kata bahasa sasaran langsung
diletakkan di bawah versi bahasa sumber. Urutan kata dalam teks bahasa sumber
tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan menurut makna dasarnya diluar
konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan atau dipindahkan apa
adanya. Terjemahan kata demi kata berguna untuk memahami mekanisme bahasa
sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.
Contoh: ذَهَبَ مُحَمَّدٌ إِلَى الْمَدْرَسَةِ
أَمْسِ
Apabila kalimat tersebut diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa
Indonesia, maka hasilnya adalah Telah pergi Muhammad ke sekolah kemarin.
Terjemahan ini terkesan kaku dan tidak sesuai dengan sistem kaidah yang berlaku
dalam bahasa Indonesia.
2)
Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Dalam penerjemahan ini struktur gramatikal bahasa
sumber dicarikan padanannya yang terdekat dalam bahasa sasaran, sedangkan
kata-kata atau penerjemahan leksikalnya diterjemahkan di luar konteks. Dalam
proses penerjemahan awal, jenis penerjemahan ini dapat membantu melihat masalah
yang perlu diatasi.
Contoh: وَلاَ تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُوْلَةً
إِِلَى عُنُقِكَ
Janganlah biarkan tanganmu terbelenggu pada lehermu. Membuat tangan terbelenggu
pada leher berarti "kikir"
3)
Penerjemahan setia (Faithful Translation)
Metode ini sedikit lebih bebas disbanding penerjemahan
harfiah, karena penerjemahan ini mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual
walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber, karena ada upaya
untuk benar-benar setia pada maksud dan tujuan bahasa sumber, sehingga masih
terkesan kaku.
Contoh: هُوَ كَثِيْرُ الرَّمَادِ
Jika diterjemahkan dengan penerjemahan setia, maka
hasil terjemahannya adalah Ia adalah seorang yang dermawan karena banyak
abunya. Dari terjemahan ini terlihat bahwa penerjemah berupaya untuk tetap
setia pada bahasa sumber, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi
makna kontekstual. Kesetiaan tersebut tampak pada adanya upaya untuk tetap
mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks aslinya.
4)
Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)
Berbeda dengan penerjemahan setia, penerjemahan
semantik lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, dan kreaktif
dalam batas kewajiban. Selain itu penerjemahan setia sifatnya masih terikat
dengan bahasa sumber, sedangkan penerjemahan semantik lebih luwes dan
fleksibel.
Contoh: هُوَ كّثِيْرُ الرَّمَادِ
Apabila diterjemahkan secara semantik maka hasil
terjemahannya adalah: Dia seorang yang dermawan.
- SIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
Ø Peribahasa
adalah kalimat, perkataan atau kelompok kata yang tetap susunannya dan
mengiaskan suatu maksud tertentu. Dalam keterangan lain
menyebutkan bahwa Peribahasa
adalah ayat atau kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung
pengertian tertentu
Ø Dalam
bahasa Arab idiom bisa digunakan dengan تعبيرا
صطلاحي (Atabik
Ali & Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1996:) atau عبارة
اصطلاحية
Yaitu: عبارة ذات معنى لا يمكن أن يستمد من مجرد فهم معاني كلماتها
منقصلة.
Ø
Macam-macam idiom berdasarkan konstruksi
yang membentuknya:
1.
Gabungan kata dengan
preposisi
2.
Gabungan kata dengan kata
3.
Peribahasa
DAFTAR PUSTAKA
http://fatwa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://id.wikipedia.org/wiki/Peribahasa
http://fatwa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http://tangisanmalam-frieda.blogspot.com/2011/05/kata-kata-tabu-n-idiom.html