METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Posted on 11:15 AM | By Unknown | In
Metode itu sendiri khususnya metode pengajaran bahasa ialah bagaimana cara mengajar dengan materi bahasa. Para pendidik akan memakai materi-materi itu, tetapi mereka tidak menjadi budak dari materi tersebut. Pendidik akan mengadakan perubahan di sana-sini untuk menyesuaikan dengan situasi kelasnya seperti mengada-kan latihan-latihan percakapan (Umar Asasuddin Sokah: 1982, 71).
Secara sederhana, metode pengajaran bahasa Arab dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu: pertama, metode tradisional/klasikal dan kedua,
metode modern. Metode pengajaran bahasa Arab tradisional adalah metode
pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga
belajar bahasa Arab berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu
bahasa Arab, baik aspek gramatika/sintaksis (Qowaid nahwu), morfem/morfologi
(Qowaid as-sharf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan masyhur
digunakan untuk tujuan tersebut adalah Metode qowaid dan tarjamah. Metode
tersebut mampu bertahan beberapa abad, bahkan sampai sekarang
pesantren-pesantren di Indonesia, khususnya pesantren salafiah masih menerapkan
metode tersebut. Hal ini didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: Pertama,
tujuan pengajaran bahasa arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu
dan ilmu sharaf. Kedua kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat mutlak
sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik yang tidak memakai
harakat, dan tanda baca lainnya. Ketiga, bidang tersebut merupakan tradisi turun
temurun, sehingga kemampuan di bidang itu memberikan “rasa percaya diri
(gengsi) tersendiri di kalangan mereka”. Metode pengajaran bahasa Arab modern
adalah metode pengajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat.
Artinya, bahasa Arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan modern,
sehingga inti belajar bahasa Arab adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa
tersebut secara aktif dan mampu memahami ucapan/ungkapan dalam bahasa Arab.
Metode yang lazim digunakan dalam pengajarannya adalah metode langsung
(tariiqah al – mubasysyarah). Munculnya metode ini didasari pada asumsi bahwa
bahasa adalah sesuatu yang hidup, oleh karena itu harus dikomunikasikan dan
dilatih terus sebagaimana anak kecil belajar bahasa. Penjelasan:
1.Metode Qowa’id dan tarjamah (Tariiqatul al Qowaid Wa Tarjamah)
Penerapan metode ini lebih cocok jika tujuan pengajaran bahasa Arab
adalah sebagai kebudayaan, yaitu untuk mengetahui nilai sastra yang tinggi dan
untuk memiliki kemampuan kognitif yang terlatih dalam menghafal teks-teks serta
memahami apa yang terkandung di dalam tulisan-tulisan atau buku-buku teks,
terutama buku Arab klasik11. Ciri metode ini adalah:
a.Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam
tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar
dalam berbagai bidang ilmu pada masa lalu baik berupa sya’ir, naskah (prosa),
kata mutiara (alhikam), maupun kiasan-kiasan (amtsal).
b.Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga
peserta didik memiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang
terkandung di dalam bacaan. (bahasa Arab – bahasa ibu).
c.Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qowa’id
Nahwu/Sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
d.Memberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam
menerjemah, seperti bentuk kata kiasan, sinonim, dan meminta peserta didik
menganalisis dengan kaidah gramatikal yang sudah diajarkannya (mampu menerjemah
bahasa ibu ke dalam Bahasa Arab)
e.Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang
serupa / mirip, dengan gaya bahasa yang dipakai para pakar seperti pada bacaan
yang telah dipelajarinya, terutama mengenai penggunaan model gaya bahasa, al –
itnab at Tasbi’ al Istiarah yang merupakan tren / gaya bahasa masa klasik.
Aplikasi Metode Qowa’id dan tarjamah dalam proses pembelajaran;
a.Guru mulai mendengarkan sederetan kalimat yang panjang yang telah
dibebankan kepada peserta didik untuk menghafalkan pada kesempatan sebelumnya
dan telah dijelaskan juga tentang makna dari kalimat-kalimat itu.
b.Guru memberikan kosa kata baru dan menjelaskan maknanya ke dalam
bahasa local/bahasa ibu sebagai persiapan materi pengajaran baru.
c.Selanjutnya guru meminta salah satu peserta didik untuk membaca
buku bacaan dengan suara yang kuat (Qiroah jahriah) terutama menyangkut hal-hal
yang biasanya peserta didik mengalami kesalahan dan kesulitan dan tugas guru
kemudian adalah membenarkan.
d.Kegiatan membaca teks ini diteruskan hingga sekuruh peserta didik
mendapat giliran. e.Setelah itu siswa yang dianggap paling bisa untuk
menterjemahkan, kemudian selanjutnya diarahkan pada pemahaman struktur
gramatikanya12.
2.Metode langsung (al Thariiqatu al Mubaasyarah)
Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan
terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab
tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata
maupun menerjemah, (dalam hal ini dibutuhkan sebuah media). Perlu menjadi bahan
revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa
pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar (
al – Nutqu al – Shahiih), oleh karena itu dalam aplikasinya, metode ini
memerlukan hal-hal berikut;
a.Materi pengajaran pada tahap awal berupa latihan oral (syafawiyah)
b.Materi dilanjutkan dengan latihan menuturkan kata-kata sederhana,
baik kata benda ( isim) atau kata kerja ( fi’il) yang sering didengar oleh
peserta didik.
c.Materi dilanjutkan dengan latihan penuturan kalimat sederhana
dengan menggunakan kalimat yang merupakan aktifitas peserta didik sehari-hari.
d.Peserta didik diberikan kesempatan untuk berlatih dengan cara
Tanya jawab dengan guru/sesamanya.
e.Materi Qiro’ah harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik
dalam menjelaskan makna yang terkandung di dalam bahan bacaan ataupun jabatan
setiap kata dalam kalimat.
f.Materi gramatika diajarkan di sela-sela pengajaran,namun tidak
secara mendetail.
g.Materi menulis diajarkan dengan latihan menulis kalimat sederhana
yang telah dikenal/diajarkan pada peserta didik.
h.Selama proses pengajaran hendaknya dibantu dengan alat
peraga/media yang memadai.
Penutup
Sebagai penutup, bahwa alur makalah ini lebih menekankan tentang pentingnya:
Seorang guru (pendidik) sebaiknya memahami prinsip – prinsip dasar pengajaran
bahasa Arab diatas sebagai bahasa asing dengan menggunakan metode yang
memudahkan peserta didik dan tidak banyak memaksakan peserta didik ke arah
kemandegan berbahasa. Adapun bagi bagi seorang siswa, bahwasanya belajar bahasa
apapun, semuanya membutuhkan proses, banyak latihan dan banyak mencoba.
Comments (0)
Post a Comment